Rabu, 26 Desember 2012

Tulisan 6

Manfaat Olahraga Bagi Otak

Olahraga tak hanya berguna untuk menjaga kesehatan tubuh tapi juga otak Anda. Dengan berolahraga, semua otot akan bergerak dan merangsang pertumbuhan sel serta memperlancar aliran hormon dalam tubuh.


1. Memacu pertumbuhan otak
Seiring dengan bertambahnya usia, kelahiran sel-sel otak baru akan semakin melambat dan jaringan otak akan benar-benar menyusut. Latihan dapat mengurangi risiko ini. Terdapat perubahan yang signifikan pada volume orang berusia 60-70 tahun yang rutin berlatih aerobik selama enam bulan. Latihan kardio akan meningkatkan aliran darah ke otak karena dengan latihan otak mendapatkan aliran oksigen yang sangat dibutuhkan.

2. Memperlancar suplai hormon BDNF
Sama seperti makanan, olaharga bisa membuat tubuh jadi lebih sehat dan maksimal. Olahraga bisa memacu bahan aktif kimia yang dikenal sebagai faktor otak neurotropik (Brain Derived Neurotropic Factor/BDNF) yang bisa merangsang pertumbuhan sel otak. Aktivitas ini terjadi di hippocampus yaitu wilayah otak yang bertanggung jawab untuk memori otak. Maka para ahli menyarankan untuk berolahraga lebih sering agar hormon ini makin aktif dan tidak mudah pikun.

3. Mengatasi depresi dan kecemasan
Depresi bisa memperlambat kemampuan otak untuk memproses informasi, sehingga Anda akan sulit berkonsentrasi dan membuat sebuah keputusan. Olahraga bisa membuat suasana hati menjadi lebih menyenangkan, sehingga meningkatkan produksi serotonin dan dopamin (hormon yang penting untuk membuat suasana hati lebih bahagia). Rasa bahagia ini juga akan mengalirkan bahan kimia dalam tubuh yang disebut endorfin.

4. Mengurangi stres
Hormon BDNF akan membuat otak lebih muda. Olahraga juga akan menghambat pembentukan hormon kortisol atau hormon stres dan membantu Anda untuk bisa berpikir lebih jernih lagi. Olahraga juga diyakini bisa membantu menghasilkan sel saraf baru menggantikan sel otak yang rusak karena stres.

5. Meningkatkan fungsi otak
Pada dasarnya otak memiliki fungsi kognitif seperti kemampuan untuk fokus pada pekerjaan yang kompleks, mengatur kegiatan, berpikir abstrak, dan berpikir. Hal ini juga meliputi memori kerja, seperti kemampuan untuk menyimpan nomor telepon di kepala Anda. Ketika peneliti menganalisis efek dari latihan otak maka mereka menemukan bahwa orang dewasa yang berusia 55-80 tahun dan berolahraga teratur, kemampuan otak mereka akan meningkat empat kali dibandingkan dengan orang yang tidak berolahraga. Paling tidak usahakan untuk berolahraga sekitar 30-45 menit setiap harinya.

6. Meningkatkan sensitivitas terhadap insulin
Ketika Anda makan, tubuh akan mengubah sebagian besar makanan menjadi  glukosa (gula darah) sebagai bahan bakar untuk tubuh termasuk otak. Nah, agar glukosa bisa terserap sempurna ke sel maka hormon insulin menjadi perantaranya. Ketika sel otak dibanjiri dengan glukosa hal ini bisa mempengaruhi memori dan berpikir. Olahraga akan merangsang sensitivitas insulin sehingga dapat  berfungsi untuk menstabilkan gula darah.

Sumber : http://female.kompas.com/read/2012/09/03/17444112/6.Manfaat.Olahraga.Bagi.Otak

Tulisan 5

Amerika Ciptakan Pesawat Tercepat di Dunia

Foto artistik pesawat Waverider atau X-51A. Pesawat ini mampu terbang dengan enam kali kecepatan suara. (REUTERS/US Air Force)





Dunia makin kecil. Jarak antara Kutub Utara dan Kutub Selatan juga makin lama makin pendek. Manusia terus berlomba-lomba untuk memperpendek jarak satu tempat ke tempat lain. 

Caranya dengan menciptakan alat-alat transportasi yang secepat mungkin bisa mengantar manusia dari satu tempat ke tempat lain dengan waktu yang singkat. Jika tahun 1400-an Kristoforus Kolombus membutuhkan waktu berbulan-bulan menggunakan kapal layar dari Eropa ke Amerika, kemudian manusia menemukan kapal uap untuk mempersingkat waktu. Setelah itu ditemukan pesawat baling-baling dilanjutkan penemuan pesawat jet yang mempersingkat jarak AS-Eropa menjadi 7 jam.  

Kini militer Amerika Serikat menciptakan lagi alat transportasi dengan kecepatan luar biasa.  Jarak Amerika-Eropa dari 7 jam menjadi hanya satu jam. Atau sama saja Jakarta-Manado tidak sampai 20 menit. 

Seperti yang dilansir The Washington Post, pekan lalu AS telah menguji terbang kendaraan tak berawak hipersonik itu di atas Samudra Pasifik. Pesawat yang bernama  Waverider atau X-51A, didesain untuk bergerak enam kali kecepatan suara dengan menggunakan teknologi yang menjembatani gap antara pesawat dan roket. 

Waverider, yang mirip rudal dengan hidung pesek, diluncurkan dari sayap sebuah bomber B-52 sekitar pukul 10.00 waktu setempat (Selasa, 14/8) atau 00.00 WIB kemarin dari Pangkalan Angkatan Udara Edwards di lepas pantai California di atas ketinggian sekitar 15.000 meter.

Sebuah pendorong roket mendorong kendaraan itu untuk mencapai kecepatan hingga Mach 4,5 dalam 30 detik sebelum mesin X-51A itu melaju hingga kecepatan Mach 6, enam kali kecepatan suara atau lebih dari 7.300 Km per jam. Dengan kecepatan itu, waktu tempuh antara New York ke London bisa dipersingkat menjadi 1 jam dari biasanya 7 jam perjalanan dengan pesawat komersial. Atau juga New York ke negara-negara di Timur Tengah hanya 1,5 jam. 



‘’Setelah terbang selama kurang lebih 5 menit, yang diperkirakan mencapai ketinggian 21.000 meter, Waverider itu jatuh ke Pasifik dan tidak ada rencana untuk mengambil kembali pesawat itu. 

Karena pesawat itu dibuat untuk uji coba saja,’’ papar John Haire, juru bicara uji terbang Pangkalan Angkatan Udara Edwards, seperti dikutip Reuters. Pesawat itu dikembangkan militer AS dengan melibatkan perusahaan pembuat pesawat Boeing Co. 

Mesin scramjet pesawat itu didesain Pratt & Whitney Rocketdyne. Pesawat sebelumnya, X-51, yang memiliki panjang 8 meter mampu mencapai kecepatan Mach 5 pada uji terbang pertamanya Mei 2010. Namun penerbangan itu, yang berlangsung selama sekitar 3 menit, berakhir lebih cepat dari rencana karena masalah teknis.

Pesawat ini nantinya tidak akan dipakai untuk perjalanan udara komersial. Saat ini digunakan untuk kepentingan militer. AS diperkirakan akan mempersingkat jarak negara tersebut ke Israel. Sehingga jika Israel membutuhkan bantuan, pesawat itu hanya butuh 1 jam 30 menit  untuk tiba di Israel. 

Karena selama ini angkatan udara AS harus menggunakan kapal induk agar pesawat-pesawat tempurnya bisa mendekati sasaran. Sementara biaya operasional kapal induk sangat mahal. Masih lebih murah menciptakan pesawat hypersonic. 

Namun pabrikan angkasa dan raksasa pertahanan Eropa, EADS, yakin pesawat penumpang hypersonic ini akan hadir di masa mendatang. Pada 2011, EADS mempresentasikan konsep pesawat komersial supercepat yang didesain terbang dengan kecepatan Mach 4.

”Memang pesawat semacam itu akan sangat mahal, tentu saja, karena besarnya jumlah energi yang diperlukan untuk mencapai kecepatan seperti itu,” papar Wakil Presiden Pengembangan Bisnis EADS Peter Robbie kepada BBC.

Menurut Robbie, ide pergi dari Tokyo ke Paris dalam waktu 2,5 jam sangatlah menarik bagi komunitas bisnis dan politik. ”Dan saya kira, pada 2050, mungkin akan ada pesawat komersial semacam itu,” imbuh dia. 



Kamis, 20 Desember 2012

Tulisan 4

Annette Horschmann Siallagan : Perempuan Jerman Peduli Danau Toba


Namanya sangat bule, bahkan memang benar-benar seorang bule. Siapakah Ia? Dan bagaimana ceritanya sehingga Ia bisa menjadi seorang "Siallagan"? Ibu dari tiga orang anak ini dilahirkan dengan nama Annette Horschmann, seorang keturunan Jerman yang beremigrasi ke Indonesia sejak tahun 1994.

Kecintaannya pada Danau Toba yang bagaikan surga baginya, membuat Ia yang tadinya adalah seorang traveller yang sering singgah di berbagai belahan dunia, menjatuhkan pilihannya untuk tetap tinggal di Danau Toba. Selepas lulus kuliah, pada pertengahan 1993, wanita lulusan Fakultas Hukum Ruhr University Bochum, Jerman ini memutuskan untuk meninggalkan negaranya dan mulai melakukan perjalanan "keliling dunia".

Namun takdir tak dapat ditebak, apalagi ditepis. Sejak mulai di Thailand Ia sudah mendengar tentang keindahan Danau Toba, dan ketika melanjutkan perjalanan ke Bali, Ia semakin penasaran karena mendengar (lagi) bahwa Danau Toba layak untuk dijadikan bagian dari rencana perjalanannya. Berbekal informasi tersebut, Annette mulai menggali sendiri informasi tentang Danau Toba, sampai Ia tiba pada sebuah keputusan yang memutus rantai perjalanan keliling dunia yang Ia lakukan, satu keputusan yang mungkin akan sangat Ia kenang seumur hidupnya.

Annette pun merubah rute perjalanan yang seharusnya dari Bali menuju Selandia Baru dan berakhir di Amerika Serikat, menjadi ke Danau Toba. Keputusannya tak salah, karena memang akhirnya Ia menemukan hidupnya di Danau Toba. Karena seorang diri, Annette harus menempuh perjalanan darat yang panjang dan sempat singgah di Yogyakarta, kemudian di Jakarta dan Bukit Tinggi.

Satu hal yang unik, ketika singgah di Bukit Tinggi ada seorang pemandu wisata yang mengatakan kepadanya kalau Ia akan bertemu jodoh di Indonesia. Walaupun pada awalnya tak menghiraukan, Ia sempat takjub ketika mengingat hal itu kembali, beberapa saat setelah Ia menikah dengan suaminya, Antonius Silalahi, seorang pemandu wisata yang Ia kenal ketika singgah pertama kali di Tuktuk, Samosir, sebuah kawasan wisata di Pulau Samosir, berseberangan dengan Parapat..

Walaupun sempat meninggalkan Danau Toba karena permasalahan Visa kunjungan, menurut penuturannya Danau Toba selalu memanggil Ia untuk selalu kembali berkunjung. Setelah selesai permasalahan Visa, bersama dengan pemandu wisata yang kini suaminya, mereka merintis sebuah restoran vegetarian yang saat ini sudah berkembang menjadi Tabo Cottages di Tuktuk, Samosir.

Pada pertengahan 1994, Annette dan Antonius Silalahi kemudian meresmikan hubungan mereka ke jenjang pernikahan dengan Adat Batak. Walaupun kurang setuju, pihak kerabat dan kedua orang tua Annette bisa menerima keputusan putrinya, dan mereka datang dari Jerman menghadiri pesta pernikahan Annette dan Antonius Silalahi. Untuk memenuhi adat, maka Annette diangkat menjadi orang Batak dan diberi marga Siallagan, dan namanya resmi menjadi Annette Horschmann boru Siallagan.

Sejak itu, Annette membuktikan keseriusannya menjadi Orang Batak dengan mempelajari Bahasa Batak dan kebudayaan Batak. Bahkan Ia pun tak segan untuk menghadiri dan terlibat langsung dalam acara-acara Adat Batak.

Annette dan Danau Toba

Kecintaannya pada Danau Toba membuat Ia berperan aktif dalam pelestarian dan penyelamatan lingkungan alam Danau Toba. Pada saat penutupan Pesta Danau Toba 2010, Annette memperolah penghargaan dari panitia Pesta Danau Toba dalam pelestarian lingkungan, karena kiprahnya membersihkan pantai Danau Toba dari eceng gondok.

Berawal tahun 2005, cerita ia, ketika eceng gondok memenuhi hampir seluruh pantai Tuktuk dan menimbulkan dampak tidak sedap bagi pariwisata daerah itu. Kala itu belum diketahui cara untuk menyingkirkan eceng gondok tersebut, selain mengangkatnya dari danau ke darat.

Annette mengajak beberapa orang untuk mengangkat eceng gondok itu, lalu mengumpulkannya dalam sebuah penampungan. "Ternyata setelah dibiarkan selama sebulan eceng gondok itu berubah menjadi kompos, yaitu pupuk organik yang sangat baik untuk pertanaman," katanya. Beberapa waktu kemudian, Vicky Sianipar dari komunitas Toba Dream dari Jakarta membuat program penghijauan tepian Danau Toba dengan menanam pohon.

"Vicky datang ke saya, butuh kompos dalam jumlah besar untuk menanam ribuan pohon. Lalu saya ajak lebih banyak lagi anak muda untuk mengangkat eceng gondok. Dalam waktu singkat pantai bersih, kondisi pariwisata membaik, sedangkan eceng gondok menjadi sumber penghasilan," katanya.
Hingga sekarang, banyak yang terlibat dalam forum pengelolaan eceng gondok bersama Annette, dan kini kompos tak lagi tumbuhan pengganggu tetapi merupakan pupuk dan media pertanaman yang sangat baik yang dibutuhkan petani.


Atas upayanya itu, Annette meraih penghargaan sebagai Most Inspiring Woman dari Monang Sianipar pada 2009, kemudian mendapat penghargaan dari Gubernur Sumatera Utara 2010. "Saya melakukan itu tidak untuk penghargaan, tetapi untuk memelihara kebersihan Danau Toba dan menjaga citra pariwisata. Kalau kemudian memberi manfaat ekonomi, itu keuntungan tambahan. Fokus saya Tuktuk adalah daerah pariwisata, harus bersih dari hal-hal yang mengganggu," katanya.

Bagi Annette, Danau Toba adalah surga (paradise). "Cuaca yang tidak panas dan tidak dingin, cocok untuk menikmati hidup, terutama bagi orang yang tua," katanya. Oleh karena itu, katanya, walaupun kunjungan wisatawan asing ke Danau Toba anjlok tajam sejak tahun 1995, ada saja kelompok orang tua dari Eropa dan Amerika yang menginap di cottages miliknya. Namun, ia sangat prihatin dengan kondisi pariwisata saat ini di daerah Tuktuk dan sekitarnya.

"Persaingan sangat keras dan menjurus tidak sehat. Karena sepinya tamu (wisatawan), terjadi perebutan tamu oleh sesama hotel. Terkadang wisatawan dibohongi, misalnya dikatakan layanannya memuaskan, padahal toilet saja tidak bersih. Hal ini sangat mengecewakan tamu," katanya. Saat ini pelaku bisnis pariwisata di Tuktuk seolah menangis, merintih merindukan kedatangan wisatawan, katanya.

Ia menceritakan masa-masa mulai surutnya kunjungan wisatawan ke Danau Toba, dimulai dengan musibah tenggelamnya kapal penumpang Peldatari yang mengangkut pengunjung Pesta Danau Toba pada Juli 1997, usai penutupan pesta itu, dan menewaskan lebih 100 orang. Beberapa waktu kemudian terjadi kabut asap yang menyelimuti daerah Sumatera Utara dan pesawat Garuda Indonesia jatuh di Medan pada September 1997.

"Berita musibah itu berdampak besar. Dan seingat saya, mulai saat itulah kunjungan wisatawan ke Tuktuk menurun drastis," katanya. Krisis ekonomi yang menimpa Asia pada 1997, serta jatuhnya Soeharto pada 1998, memperparah kondisi pariwisata Danau Toba. Sejumlah penerbangan langsung dari Eropa ke Medan ditutup, termasuk oleh maskapai Garuda Indonesia. Akibatnya, kunjungan wisatawan asing ke Sumatera Utara anjlok tajam.

                                Tuktuk, Pulau Samosir. Tempat tinggal Annette

Di sisi lain, tak ada upaya untuk keluar dari krisis tersebut, baik oleh pemerintah maupun industri pariwisata.
"Tidak seperti di Bali, ketika bom terjadi tahun 2002, pemerintah dan semua kalangan bersama-sama berupaya memulihkan kondisi pariwisata Bali, termasuk dengan mengupayakan hari libur akhir pekan yang lebih panjang agar wisatawan domestik berkunjung ke Bali," katanya.

Malah, katanya, sejak 2004 visa kunjungan wisatawan saat kedatangan (visa on arrival) dikenai tarif 25 dolar AS untuk kunjungan selama 30 hari, dan tidak ada kepastian apakah bisa diperpanjang. "Penerapan tarif visa ini sangat dikeluhkan wisatawan, banyak wisatawan tidak datang karena hal tersebut, terutama kalangan back-packer (petualang), sebab 25 dolar AS sangat berarti bagi mereka," kata Annette. Di samping itu, ada beberapa negara seperti Belanda tidak mendapat fasilitas visa on arrival tersebut.

Ia membandingkan, di Singapura dan Malaysia, visa on arrival tidak dikenai biaya dan berlaku selama tiga bulan, dan kemungkinan akan diperpanjang sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing. Di pihak lain, pelaku bisnis pariwisata seperti hotel, restoran dan penjual souvenir tidak berupaya memperbaiki kualitas layanan.

"Ada penjual souvenir yang sampai menarik tangan pelanggan, memaksa untuk membeli barangnya. Ini sudah keterlaluan," katanya. Kualitas akses jalan, juga minim perbaikan. Jalan raya yang mengelilingi Pulau Samosir, masih banyak yang berlubang dan sempit, dan tak ada rambu dan tanda lalulintas.

Masalah lain, soal jaminan kesehatan dan penukaran uang. "Tak ada rumah sakit, kalau wisatawan tiba-tiba sakit yang parah, harus dibawa ke Siantar, perlu waktu 2 jam perjalanan," katanya.
Fasilitas penukaran uang juga tidak ada, sementara pembayaran dengan kartu kredit tidak dilayani. "Hal ini menyulitkan wisatawan," katanya.


Walaupun sedemikian rumitnya permasalahan pariwisata yang dihadapi, Annette tetap yakin bahwa Danau Toba adalah surga pariwisata, yang sangat menarik bagi wisatawan.
Ia melihat, bandar udara di Silangit, Kabupaten Tapanuli Utara, yang hanya berjarak dua jam perjalanan darat ke Parapat, bisa menjadi pintu masuk baru wisatawan asing ke Danau Toba, selain dari Polonia, Medan, tentunya dengan akses penerbangan langsung dari luar negeri, misalnya dari Singapura, Kuala Lumpur, dan lain-lain.

"Bagaimana caranya agar penerbangan langsung dari luar negeri itu bisa terlaksana, itu menjadi tanggungjawab pemerintah sebagai fasilitator sarana pariwisata," katanya. Selain itu, upaya promosi harus terus dilakukan, baik oleh industri pariwisata maupun oleh pemerintah. "Tak ada promosi, tak ada kunjungan wisatawan," katanya, dengan menjelaskan betapa sengitnya persaingan industri pariwisata dunia saat ini.
Masing-masing tujuan wisata sangat gencar mempromosikan dirinya, dengan mengikuti berbagai ajang promosi dan beriklan di media massa.

"Keindahan obyek wisata tak cukup untuk menarik wisatawan, tetapi harus dengan promosi dan jaringan kerja yang luas," katanya.

Biodata

Nama               : Annette Horschmann Br. Siallagan
TTL                 : Wengern, Jerman, pada 21 Oktober 1967
Suami               : Antonius Silalahi
Anak                : Marco, Julia, dan Hotto
Pekerjaan         : Pengusaha
Website            : tabocottages.com



Sumber : http://batakworld.blogspot.com/2012/07/annette-horschmann-siallagan.html

Tulisan 3

HERMANN DELAGO MANIK

Merinding Disco, mungkin saya harus sedikit alay untuk mengungkapkan apa yang saya (dan mungkin juga anda) ketika pertama kali mendengar Hermann Delago, seorang musisi senior asal Austria, menyanyikan Lagu Butet. Siapa tak kenal lagu Butet? Sebuah lagu Batak apik yang bertemakan perjuangan ini diarransemen dan dinyanyikan dengan sangat baik oleh Hermann yang berkolaborasi bersama musisi muda Batak, Vicky Sianipar.



Bersama Vicky, mereka merilis sebuah album "Tobatak" yang disisipi dengan sentuhan musik modern, tanpa menghilangkan unsur musik etnik khas Batak. Kolaborasi manis mereka berdua ditambah kolaborasi musik Batak dengan musik modern, membuat album ini jadi suatu mahakarya yang sangat indah ditengah-tengah dunia musik Batak yang menurut sebagian orang selama beberapa tahun belakangan hanya itu-itu saja.

Profil

Walaupun banyak dari antara kita yang tidak mengenal sosok Hermann, namun Ia bukanlah seorang musisi kelas teri. Karirnya dimulai pada tahun 1974 ketika Ia bersama Band beraliran rock "Klockwerk Orange" merilis album yang berjudul Abrakadabra. Kemudian Ia juga pernah bekerja sama dengan berbagai grup seperti Austria Trio, Combo Delago, dan Viller Spatzen. Tidak hanya musisi, Ia juga seorang arranger, dan komposer kenamaan di Austria dan Eropa yang kemudian belakangan lebih banyak memainkan musik Batak setelah jatuh cinta pada pendengaran pertama.

Perkenalannya pada Indonesia dan Musik Batak dimulai sejak 1995 ketika Ia menginjakkan kaki pertama kali di Bali sebagai turis. Saat itu Ia mendengar seorang bule lain menyanyikan lagu Butet dan langsung terkesan dengan melodinya. Menurutnya musik Batak sangat berkarakter mirip musik Barat, dan melodi lagu-lagu Batak, khususnya lagu-lagu tua (zaman dahulu) baginya sangat indah sekali.



Memutuskan untuk mempelajari musik Batak langsung dari daerah asalnya, pada 1997 akhirnya Hermann pun menyambangi tanah Batak dan mempelajarinya disana. Dalam waktu singkat Ia mampu untuk menguasai musik Batak, padahal menurut pengakuannya Ia hanya mempelajarinya dari pengalaman bergaul dan bernyanyi di "kedai tuak" saja. Menurut dia Orang Batak sangat musikal sekali walaupun tidak mempelajarinya melalui pembelajaran dari sekolah musik

Sama seperti Annette Horschmann Siallagan, Hermann juga jatuh cinta pada keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir lalu kemudian menikahi Boru (gadis) Batak dan menyandang Marga Manik. Sebagai seorang Batak Austria, Herman merasa terpanggil untuk melestarikan musik Batak, kini Ia kerap memainkan musik Batak secara rutin di negara asalnya bersama musisi Austria lainnya.

Tobatak

Pertemuan Hermann dengan Vicky Sianipar secara tidak sengaja di sebuah warung kopi berbuah album kolaborasi yang dirilis dengan nama Tobatak. Album yang berisi sembilan lagu ini digarap sejak Agustus 2010 lalu dan secara resmi dirilis dan didistribusikan di Indonesia pada 6 Januari 2012 lalu oleh MS Productions. Sementara untuk jalur Internasional album ini akan diedarkan oleh label BSC Music Jerman pada 27 Januari 2012 yang lalu.


Sebuah hal yang sangat membanggakan, mengingat album ini merupakan album full Batak pertama yang diedarkan di Indonesia sekaligus diluar negeri. Semoga semakin memacu kita semua untuk semakin mencintai dan melestarikan Adat, Seni dan Kebudayaan Batak.

Biodata

Nama : Hermann Delago Manik
TTL : Austria, 1957
FB Fan Page : Facebook Herman Delago
Website : http://www.delago.at/
Youtube : http://www.youtube.com/user/hermanik
Band : Stadtmusik Landeck-Perjen, Stadtmusik-IMST
Album : Didge Goes World, Gado-Gado, Trancealpin, Salzwelten, Tobatak



Rabu, 19 Desember 2012

Tulisan 2

Viky Sianipar : Musik Tradisi ke Panggung Dunia

Jika saja rasa kecintaan seseorang terhadap bangsanya dapat diukur, mungkin yang mendapat nilai tertinggi adalah Viky Sianipar.



Ditengah gempuran berbagai jenis musik komersial, Viky tetap tenang dan berjuang lewat jalur World Music.


Lewat album anyarnya, ‘Indonesian Beauty’, ia ingin sekali lagi membuktikan, bahwa musik tradisional Indonesia tidak kampungan, enak didengar oleh semua kalangan dan mampu menjadi musik yang mendunia.

Beberapa tahun silam, setelah Viky Sianipar melepas album ‘Toba Dream’, masyarakat Indonesia menampakkan beragam reaksi. Banyak yang senang dan kagum, tapi tidak sedikit juga yang mengkritiknya sebagai perusak lagu Batak.

Yang terakhir ini justru datang dari etnis Batak sendiri. Sontak Viky sempat merasa tertekan dan stress. “Seperti baru bangun tidur, langsung dibenci semua orang. Baru bikin album, rasanya orang di sekeliling langsung benci. Gimana nggak stress?” ujarnya.

Beruntung penggemar David Foster, The Beatles, dan Anggun ini memiliki keluarga yang menyokongnya secara penuh. “Selain keluarga, dukungan juga datang dari sahabat, musisi-musisi nasional, dan komunitas world music,” paparnya.

Setelah itu, ia kembali bersemangat mengejar cita-citanya mengangkat musik tradisional. Salah satu cita-cita besar yang akhirnya tercapai adalah lahirnya album ‘Indonesian Beauty’ yang launching pada Juli lalu.

Acara yang juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke 30 itu digelar di markasnya, Viky Sianipar Music Center, Jl. Minangkabau, Jakarta Selatan.

Di album ini, Viky meluaskan nuansa musiknya ke etnis Indonesia lainnya. Untuk itu ia berkolaborasi dengan musisi-musisi dari berbagai etnis lain, seperti Sujiwo Tejo, Kiki Dudung, Korem Sihombing, Johannes Limbeng, atau Asep B.P Natamihardja.

Juga terlibat Phillipe Ciminato, musisi asal Prancis yang amat mencintai musik tradisional Indonesia. Hasilnya, adalah lagu ‘Es Lilin’, ‘Sing Sing So’, ‘Ngarep Gestung Api Bas Lau’, ‘Gondrang’, ‘Dara Muluk’, ‘Mardalan Ahu’, ‘Horas Banyuwangi’, ‘Bubuy Bulan’, dan ‘Indonesia Pusaka’.

Sebagai music director, Viky juga selektif dalam memilih vokalis. Akhirnya terpilihlah beberapa nama yang disesuaikan dengan karakter lagu masing-masing. Yaitu Lea Simanjuntak, Tio Fanta Pinem, Sujiwo Tejo, Ani Sukmawati, dan Korem Sihombing.

Ani Sukmawati dipercaya membawakan single pertama yaitu ‘Es Lilin’. Ani ditemukan melalui jaringan seniman, dianggap sebagai sosok paling ideal untuk membawakan lagu Jawa Barat.

Sedangkan Tio Fanta Pinem, menurut Viky merupakan diva dari tanah Karo yang sukar dicari tandingannya. “Karakter suaranya unik dan susah, saya memang ingin ia yang menyanyikan lagu ‘Ngarep Gestung Api Baslau’,” paparnya.

Lea Simanjuntak yang terpilih menyanyikan lagi ‘Sing Sing So’ menurut Viky memiliki skill dahsyat dan tiada duanya. “Karakter suaranya sangat cocok dengan jenis musik ini,” tambahnya.

Lagu ‘Bubuy Bulan’ dinyanyikan Deasy Puspitasari, yang tidak lain adalah istrinya sendiri. “Jadi waktu menikah dulu, kami membuat souvenir CD lagu yang isinya lagu ‘Bubuy Bulan’ itu. Setelah itu, saya berfikir, asyik juga kalau lagu itu dimasukkan juga dalam album ini,” paparnya.

Viky mengakui banyak menemui kesulitan dalam menentukan vokalis. “Attitude dan disiplin itu penting, kalau nggak bisa diajak kerja sama ya susah juga,” paparnya.

Sesuai cita-citanya, judul album ‘Indonesian Beauty’ memang bertujuan menonjolkan keindahan musik tradisional Indonesia yang sangat kaya. Selain itu ‘Indonesian Beauty’ juga memiliki tujuan moral. Agar masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda mulai memperhatikan dan mencintai nilai-nilai luar biasa yang terpendam dalam musik tradisional Indonesia.

“Pada intinya saya ingin memajukan musik-musik tradisional Indonesia. Saya ingin menunjukkan kalau musik tradisional itu nggak kampungan, bisa diterima di kalangan anak muda. Kalau nggak ada anak muda yang suka dari sekarang, 30 tahun lagi punah. Memang kedengarannya muluk-muluk ya buat anak gaul. Tapi kalau nggak didengar dulu ya nggak tahu,” jelasnya.

Sisi komersial juga pasti tidak luput dari perhatian. Karena itu Viky tetap mengemas musiknya secara sederhana dan easy listening. “Mungkin 50 persen isi album ini chord-nya nggak ribet. Makanya saya juga mengambil lagu-lagu tradisional yang memang sudah terkenal,” ungkapnya.


Menyelaraskan musik tradisional dengan musik modern


Menyelaraskan musik tradisional dengan musik modern diakuinya teramat sukar. “Terutama Jawa, lamanya itu teknis tuning gamelan. Ada alat musik namanya saron, itu susah banget tuningnya. Jadi lebih kepada teknis aransemen dan recording,” tuturnya.

Lagu pertama ia coba eksperimen adalah ‘Horas Banyuwangi’. “Itu sampai tiga bulan, bongkar pasang, nggak jadi-jadi. Awalnya saya pikir seru banget, Batak ketemu Banyuwangi.

Ternyata, teknisnya aduh.., sampai sekarang masih revisi mixing, akhirnya baru semalam dapatnya,” akunya. Jika ketemu lelahnya, ia sempat berfikir untuk tidak mau lagi membuat lagu Jawa. “Kapok deh nggak mau buat lagi,” candanya sambil tertawa.

Otomatis ia juga secara intensif memperdalam kesenian Jawa dan Sunda. “Saya pasti mengajak musisi lokal, dan rajin eksperimen, kalau nggak ya kesasar,” ujarnya.

Selepas single ‘Es Lilin’ dan ‘Ngarep Gestung Api Baslau’ yang video klipnya terlebih dahulu selesai dibuat, Viky merencanakan akan menggarap video klip ‘Gondrang’, ‘Bubuy Bulan’ dan ‘Sing Sing So’. Materi album ‘Indonesian Beauty’ini menurut Viky sudah dicicil sejak jauh hari. “Tapi kalau yang serius banget, nggak mikir yang lain kecuali ini, ya mulai Maret lalu,” paparnya.

Penggemar buku Harry Potter ini juga menceritakan beberapa keunikan. Menurutnya semua alat musik Batak, pada awalnya diciptakan untuk ritual. Karena itu banyak orang tua yang kaget melihatnya main gondang, alat musik tradisional Batak.



“Percaya nggak percaya, tapi memang mistisnya kuat. Kalau nggak cocok sama alat musiknya, kadang-kadang suka ngantuk, atau marah-marah sendiri,”ungkapnya. Proses recording juga unik.

Ia menuturkan jika guide musik dari vokalis pada saat menyanyi pertama kali lebih terpakai ketimbang take ulang soul-nya terasa beda.

Mengenai kritik dan dukungan, ia menyatakan jika membuat sesuatu yang baru itu pasti ada pro dan kontra. “Apalagi saya mengaransemen lagu Batak. Pastilah ada yang nggak setuju, terutama yang sudah berumur (generasi tua –red).

Mungkin karena begini, orang Batak itu banyak yang merantau. Karena mereka sadar kalau stay di sana, nggak akan maju. Namanya perantau, pasti banyak yang homesick. Musik

Jadi inginnya dengar lagu yang waktu zaman dulu di kampung. Harus persis sama, jangan dianeh-anehin. Sejelek apapun itu, pasti terasa enak, karena mengingatkan tentang kampung halamannya.

Giliran sudah mendengar yang diaransemen ulang, dia dengan cepat berfikir sudah nggak enak lagi. Maka terceploslah istilah merusak lagu Batak itu,” ungkapnya.

Seorang arranger lagu-lagu Batak yang sudah sangat berpengalaman pernah datang ke tempatnya. Setelah saling tukar fikiran, ia akhirnya memahami kalau Viky sebenarnya bukan merusak lagu Batak seperti yang sering diperbincangkan komunitas penyanyi Batak.

Berlawanan dengan itu, tanggapan etnis Sunda justru merasa respek dengan single ‘Es Lilin’. “Saya sangat menghargai semua pendapat, itu membuat saya lebih baik,” tutur musisi yang telah menghasilkan album ‘Toba Dream 1’, ‘Toba Dream 2’, ‘Nommensen’, dan ‘Hatahon Ma’ ini.


World Music

Warna musik yang ditampilkan Viky Sianipar baik dalam pagelaran maupun rekaman, adalah jenis musik yang lazim disebut World Music atau New Age. World Music adalah musik etnik tradisional yang bergandengan dengan musik modern.

Dunia mengenal Enigma, Enya, Kitaro, dan Sergio Mendez, sebagai musisi yang menekuni jenis musik ini. Mendengarkan musik Viky Sianipar seakan menyadarkan bahwa musik tradisional juga ternyata sangat nikmat untuk didengarkan.

Viky Sianipar, lahir di Jakarta, 26 Juni 1976, anak bungsu dari Monang Sianipar dan Elly Rosalina Kusuma. Viky mempunyai tiga saudara, Sahat Sianipar, Bismark Sianipar, dan Tria Sianipar. Setelah tamat sekolah, atas anjuran orang tuanya, Viky langsung bekerja di perusahaan orang tuanya.

Namun menyadari obsesinya terhadap dunia musik, orang tua dan seluruh keluarga merelakannya untuk menekuni bidang musik yang diimpikannya. Sejak tahun 2002, Viky sepenuhnya mengabdikan hidupnya di dunia musik.

Viky Sianipar memulai pendidikan musik klasik pada tahun 1982 di Yayasan Pendidikan Musik (YPM). Pada tahun 1990 Viky mengambil kursus piano jazz di sekolah musik Farabi selama satu tahun.

Pada tahun 1995, Viky berangkat ke San Francisco untuk memperdalam bahasa Inggris. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Viky mengikuti kursus gitar blues. Dalam masa itu, ia sempat berguru kepada George Cole, seorang gitaris kenamaan, yang murid Joe Satriani.

Viky dilahirkan sebagai seorang musisi berbakat yang banyak belajar secara otodidak. Dimulai dari belajar piano, kibor, gitar, sampai beragam jenis alat musik tradisional Batak. Dengan ketekunan yang luar biasa, ia terus menerus mempelajari jiwa dari alat musik tradisional Batak.

Tahun 1997, ia bersama grup MSA Band melanglang buana dari satu cafe ke cafe lainnya. Setelah tiga tahun, MSA Band berhasil menelurkan album ‘Melangkah di Atas Pelangi’ di bawah label Universal Music. Setelah MSA Band bubar pada awal tahun 2002, Viky mulai memperdalam musik Batak. Untuk itu, ia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk ‘bertapa’ di Danau Toba.

Di sekitar danau kebanggaan Indonesia ini, ia mencoba menghayati keindahan alam dan suasana damai yang menyeruak. Juga kehidupan sehari-hari masyarakat, serta kekayaan seni musik yang luar biasa dari beragam etnis Batak. Dari sana ia sangat terinspirasi untuk mengemas ulang lagu tradisional Batak menjadi sebuah musik yang mendunia. Musik

Sepulangnya dari Danau Toba, Viky telah siap dengan konsep dan jiwa baru dari musik Batak. Ia lalu berkolaborasi dengan beberapa musisi tradisional Batak yang telah terkenal.

Pada 26 September 2002, ia berkesempatan mengenalkan musiknya pada masyarakat lewat konser ‘Save Lake Toba’ di Puri Agung, Sahid Jaya Hotel. Bulan Juli 2003, ia mendapat kehormatan membuat musik dan aransemen Mars Pemilu 2004.

Usai sukses menghasilkan ‘Indonesian Beauty’, Viky kini mulai merakit ambisinya untuk masa mendatang. Pecinta film, arsitektur dan traveling ini ingin segera meluncurkan ‘Toba Dream 3’, disambung dengan ‘Indonesian Beauty 2’. “Yang sudah ada di benak, Kalimantan, Ambon, dan Papua,” ujarnya.

Karena itu tidak heran jika Sujiwo Tejo menegaskan betapa beruntungnya bangsa Indonesia memiliki orang seperti Viky. “Disaat kita sudah tidak punya kebanggaan apa-apa lagi, Viky membuat kita bangga menjadi orang Indonesia,” seru seniman serba bisa tersebut.

Bella Saphira, teman dekat Viky juga menuturkan kalau sahabatnya tersebut merupakan talenta musik luar biasa. “Dia bisa mengakomodasi semua keinginanku dalam aransemen lagu, tanpa harus panjang berkata-kata,” ujar artis dan penyanyi bermata indah tersebut.