Merinding Disco, mungkin saya harus sedikit alay untuk mengungkapkan apa yang saya (dan mungkin juga anda) ketika pertama kali mendengar Hermann Delago, seorang musisi senior asal Austria, menyanyikan Lagu Butet. Siapa tak kenal lagu Butet? Sebuah lagu Batak apik yang bertemakan perjuangan ini diarransemen dan dinyanyikan dengan sangat baik oleh Hermann yang berkolaborasi bersama musisi muda Batak, Vicky Sianipar.
Bersama Vicky, mereka merilis sebuah album "Tobatak" yang disisipi dengan sentuhan musik modern, tanpa menghilangkan unsur musik etnik khas Batak. Kolaborasi manis mereka berdua ditambah kolaborasi musik Batak dengan musik modern, membuat album ini jadi suatu mahakarya yang sangat indah ditengah-tengah dunia musik Batak yang menurut sebagian orang selama beberapa tahun belakangan hanya itu-itu saja.
Profil
Walaupun banyak dari antara kita yang tidak mengenal sosok Hermann, namun Ia bukanlah seorang musisi kelas teri. Karirnya dimulai pada tahun 1974 ketika Ia bersama Band beraliran rock "Klockwerk Orange" merilis album yang berjudul Abrakadabra. Kemudian Ia juga pernah bekerja sama dengan berbagai grup seperti Austria Trio, Combo Delago, dan Viller Spatzen. Tidak hanya musisi, Ia juga seorang arranger, dan komposer kenamaan di Austria dan Eropa yang kemudian belakangan lebih banyak memainkan musik Batak setelah jatuh cinta pada pendengaran pertama.
Perkenalannya pada Indonesia dan Musik Batak dimulai sejak 1995 ketika Ia menginjakkan kaki pertama kali di Bali sebagai turis. Saat itu Ia mendengar seorang bule lain menyanyikan lagu Butet dan langsung terkesan dengan melodinya. Menurutnya musik Batak sangat berkarakter mirip musik Barat, dan melodi lagu-lagu Batak, khususnya lagu-lagu tua (zaman dahulu) baginya sangat indah sekali.
Memutuskan untuk mempelajari musik Batak langsung dari daerah asalnya, pada 1997 akhirnya Hermann pun menyambangi tanah Batak dan mempelajarinya disana. Dalam waktu singkat Ia mampu untuk menguasai musik Batak, padahal menurut pengakuannya Ia hanya mempelajarinya dari pengalaman bergaul dan bernyanyi di "kedai tuak" saja. Menurut dia Orang Batak sangat musikal sekali walaupun tidak mempelajarinya melalui pembelajaran dari sekolah musik
Sama seperti Annette Horschmann Siallagan, Hermann juga jatuh cinta pada keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir lalu kemudian menikahi Boru (gadis) Batak dan menyandang Marga Manik. Sebagai seorang Batak Austria, Herman merasa terpanggil untuk melestarikan musik Batak, kini Ia kerap memainkan musik Batak secara rutin di negara asalnya bersama musisi Austria lainnya.
Tobatak
Pertemuan Hermann dengan Vicky Sianipar secara tidak sengaja di sebuah warung kopi berbuah album kolaborasi yang dirilis dengan nama Tobatak. Album yang berisi sembilan lagu ini digarap sejak Agustus 2010 lalu dan secara resmi dirilis dan didistribusikan di Indonesia pada 6 Januari 2012 lalu oleh MS Productions. Sementara untuk jalur Internasional album ini akan diedarkan oleh label BSC Music Jerman pada 27 Januari 2012 yang lalu.
Sebuah hal yang sangat membanggakan, mengingat album ini merupakan album full Batak pertama yang diedarkan di Indonesia sekaligus diluar negeri. Semoga semakin memacu kita semua untuk semakin mencintai dan melestarikan Adat, Seni dan Kebudayaan Batak.
Biodata
Nama : Hermann Delago Manik
TTL : Austria, 1957
FB Fan Page : Facebook Herman Delago
Website : http://www.delago.at/
Youtube : http://www.youtube.com/user/hermanik
Band : Stadtmusik Landeck-Perjen, Stadtmusik-IMST
Album : Didge Goes World, Gado-Gado, Trancealpin, Salzwelten, Tobatak



Tidak ada komentar:
Posting Komentar